Pusing Menyusun Administrasi Pembelajaran?
disini Solusinya 081222940294 (SMS / WA)
KARAKTERISTIK PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh : Achmad Masnawi
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
PTK
atau action research mulai berkembang sejak perang dunia ke dua, saat
ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti
Inggris, Amerika, Australia, dan Canada. Para ahli penelitian pendidikan
akhir-akhir ini menaruh perhatian yang cukup besar terhadap PTK.
Menurut Stephen Kemmis seperti dikutip D. Hopkins dalam bukunya yang
berjudul A Teacher’s Guide to Classroom Research, menyatakan bahwa
action research adalah: a from of self-reflektif inquiry undertaken by
participants in a social (including education) situation in order to
improve the rationality and of (a) their own social or educational
practices justice (b) their understanding of these practices, and (c)
the situastions in which practices are carried out.
Secara singkat
PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tinakan
mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana
praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan.
Untuk mewujudkan
tujuan-tujuan tersebut PTK melaksanakan proses pengkajian berdaur
(cyclical) yang terdiri 4 tahapan sebagai berikut:
Keempat fase dari suatu siklus dalam sebuah PTK bisa digambarkan dengan sebuah spiral PTK seperti sebagai berikut:
Plan
Reflektif
Action/Observation
Reflective
Action/Observation
Reflective
Action/Observation
Sesuai
dengan hakekat yang dicerminkan oleh namanya yaitu action research
spiral, penelitian tindakan kelas dapat dimulai darimana saja dari
keempat fase yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action),
pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Karakteristik penelitian tindakan kelas antara lain:
(a) an inquiry on practice from within
Karakteristik
pertama dari PTK adalah bahwa kegiatannya dipicu oleh permasalahan
praktis yang dihayati guru dalam pembelajaran di kelas. Oleh sebab itu
PTK bersifat practice driven dan Action driven, dalam arti PTK berujuan
memperbaiki scara praktis, langsung – disini, sekarang atau sering
disebut dengan penelitian praktis (practical inquiry). Hal ini berarti
PTK memusatkan perhatian pada permasalahan spesifik konstekstual.
Peran
dosen LPTK pada tahap awal adalah menjadi sounding board (pemantul
gagasan) bagi guru yang menghadapi permasalahan dalam pelaksanaan
tugasnya sehari-hari.
(b) a collaborative effort between school teachers and teacher educators.
Karena
dosen LPTK tidak memiliki akses langsung, maka PTK diselenggarakan
secara colaboratif dengan guru yang kelasnya menjadi kancah PTK. Karena
yang memiliki kancah adalah guru sehingga para dosen LPTK yang berminat
melakukan PTK tidak memiliki akses kepada kancah dalam peran sebagai
praktisi. Oleh sebab itu ciri kolaboratif harus secara konsisten
tertampilkan sebagai kerja sama kesejawatan dalam keseluruhan tahapan
penyelenggaraan PTK, mulai dari identifikasi permasalahan, serta
diagnosis keadaan, perancangan tindakan perbaikan, sampai dengan
pengumpulan dan analisis data serta reflektisi mengenai temuan di
samping dalam penyusunan laporan.
(c) reflective practice made public.
Keterlibatan
dosen LPTK dalam PTK bukanlah sebagai ahli pendidikan yang tengah
mengemban fungsi sebagai pembina guru sekolah menengah atau sebagai
pengembang pendidikan (missionary approach), melainkan sebagai sejawat,
di samping sebagai pendidik calon guru yang seyogyanya memiliki
kebutuhan untuk belajar dalam rangka mengakrabi lapangan demi
peningkatan mutu kinerjanya sendiri. Dalam hubungan ini guru yang
berkolaborasi dalam PTK harus mengemban peran ganda sebagai praktisi
yang dalam pelaksanaan penuh keseharian tugas-tugasnya juga sekaligus
secara sistematis meneliti praksisnya sendiri. Apabila ini terlksana
dengan baik maka akan terbina kultur meneliti dikalangan guru, dan
merupakan suatu langkah strategis dalam profisionalisme jabatan guru.
Hal ini pelecehan profesi dalam bentuk penyedia jasa borongan utuk
membuatkan daftar angka kridit dalam proses kenaikan pangkat fungsional
guru yang menggejala akhir-akhir ini dapat diakhiri.
PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Prosedur
penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem
berdaur dari berbagai kegiatan pembelajaran, menurut Raka Joni (1988)
terdapat lima tahapan yaitu:
1. Pengembangan fokus masalah penelitian
2. Perencanaan tindakan perbaikan
3. Pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi
4. Analisis dan refleksi
5. Perencanaan tindak lanjut (lihat gambar 1 dan 2).
Secara lebih rinci, prosedur pelaksanaan LPTK dapat digambarkan sebagai berikut:
Dalam
pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya permasalahan
yang dirasakan mengganggu, yang dianggap menghalangi pencapaian tujuan
pendidikan sehingga ditengarai telah berdampak kurang baik terhadap
proses dan atau hasil belajar pserta didik, dan atau implementasi
sesuatu program sekolah. Bertolak dari kesadaran mengenai adanya
permasalahan tersebut, yang besar kemungkian masih tergambarkan secara
kabur, guru – baik sendiri maupun dalam kolaborasi dengan dosen LPTK
yang menjadi mitranya kemudian menetapkan fokus permasalahan secara
lebih tajam kalau perlu dengan mengumpulkan tambahan data lapangan
secara lebih sistematis dan atau melakukan kajian pustaka yang relevan.
Pada
gilirannya, dengan perumusan permasalahan yang lebih tajam itu dapat
dilakukan diagnosis kemungkinan-kemungkinan penyebab permasalahan secara
lebih cermat, sehingga terbuka peluang untuk menjajagi
alternatif-alternatif tindakan perbaikan yang diperlukan. Alternatif
mengatasi permasalahan yang dinilai terbaik, kemudian diterjemahkan
menjadi program tindakan perbaikan yang akan dicobakan. Hasil percobaan
tindakan perbaikan yang dinilai dan direfleksikan dengan mengacu kepada
kreteria-kreteria perbaikan yang dikehendaki, yang telah ditetapkan
sebelumnya.
1. Penetapan Fokus/Masalah Penelitian, yang meliputi:
a. Merasakan adanya masalah
b. Identifikasi Masalah PTK
c. Analisis Masalah
d. Perumusan masalah
2. Perencanaan Tindakan, yang meliputi:
a. Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan
b. Analisis Kelaikan Hipotesis Tindakan
c. Persiapan Tindakan
3. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi
a. Pelaksanaan Tindakan
b. Observasi dan Interpretasi
c. Diskusi balikan (review discussion)
4. Analisis dan Refleksi
a. Analisis Data
b. Refleksi
5. Perencanaan Tindak lanjut
a. Prosedur Observasi
b. Beberapa Tindakan
FORMAT USULAN PTK
1. JUDUL
Judul
PTK hendaknya menyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta
bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah.
Formulasi Judul hendaknya singkat, jelas, dan sederhana namun secara
tersirat telah menampilkan sosok PTK, bukan sosok penelitian formal.
2. LATAR BELAKANG
Dalam
latar belakang permasalahan hendaknya diuraikan urgensi penanganan
permasalahan yang diajukan melalui PTK. Untuk itu harus ditunjukkan
fakta-fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru
selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil penelitian
terdahulu, apabila ada, akan lebih baik mengokohkan argumentasi mengenai
urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK
yang diusulkan. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian
formal hendaknya tercermin dalam uraian bagian ini.
3. PERMASALAHAN
Permasalahan
yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK dijabarkan secara lebih
rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar-benar diangkat dari
masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan
melalui PTK. Sebaliknya, permasalahan yang secara teknis-metodologik di
luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului
oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah
diikuti refleksi awal sehingga permasalahan yang perlu ditangani itu
nampak menjadi lebih jelas. Dengan kata lain, bagian ino dikunci dengan
perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini, sosok PTK harus secara
konsisten tertampilkan.
4. CARA PEMECAHAN MASALAH
Dalam bagian ini
dikemukakan cara yang diajukan untuk emecahkn masalah yang dihadapi.
Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai landasan
konseptual yang mantap yang bertolak hasil analisis masalah. Di samping
itu, harus terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah
dalam rangka pembenahan/atau peningkatan implementasi pembelajaran/atau
berbagai program sekolah lainnya. Juga harus dicermati bahwa artikulasi
kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal.
5. TUJUAN PENELITIAN DAN PEMANFAATAN PENELITIAN
Tujuan
PTK hendaknya dirumuskan secara jelas. Paparkan sasaran antara dan
akhir tindakan perbaikan. Perumusan tujuan harus konsisiten dengan
hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam baian-bagian sebelumnya.
Dengan sendirinya artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal.
Pencapaian tujuan hendakya dapat diverifikasikan secara obyektif,
sedapat mungkin bisa dikwantifikasikan. Di samping tujuan PTK, juga
perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini,
perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan-keuntungan yang dijanjikan,
khususnya bagi peserta didik sebagai pewaris langsung hasil PTK, di
samping bagi guru pelaksana PTK, rekan guru lainnya serta bagi dosen
LPTK.
6. KERAGKA TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pada bagian ini
diuraikan landasan substantif dalam arti teoritik dan/atau metodologik
yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternatif tindakan yang
akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan
kajian terhadap baik pengalaman peneliti pelaku PTK sendiri yang relevan
maupun pelaku PTK lain. Argumentasi logik dan teoritik diperlukan guna
menyusun kerangka konseptual. Atas dasar kerangka konseptual yang
disusun itu hipotesis tindakan dirumuskan.
7. RENCANA PENELITIAN
a. Setting Penelitian dan karakteristik Subyek Penelitian
Pada
bagian ini disebutkan dimana penelitian tersebut dilakukan, di kelas
berapa dan bagamana karakteristik kelas tersebut. Misalnya komposisi
pria wanita, latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan
permasalahan, tingkat kemampuan dsb. Aspek substantif permasalahan
seperti Matematika SMP, Bahasa Inggris SMA.
b. Variabel yang diselidiki
Pada
bagian ini ditentukan variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik
incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut
dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan peserta didik, guru,
bahan ajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar dsb. (2) variabel
proses penyelenggaraan pembelajaran seperti interaksi pembelajaran,
keterampilan bertanya guru, cara belajar peserta didik, implementasi
berbagai metode pembelajaran dikelas dsb. (3) variabel output, seperti
rasa keingintahuan peserta didik, kemampuan peserta didik
mengaplikasikan pengetahuan, motivasi belajar peserta didik dsb.
c. Rencana Tindakan
Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran, seperti:
(1)
Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang
diprakarsai seperti, penetapan entry behavior, pelancaran tes diagnostik
untuk menspesifikasi masalah, pembuatan skenario pembelajaran,
pengadaan alat-alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain-lain yang
terkait degan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Di samping itu juga diuraikan alternatif-aternatif solusi
yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah.
(2) Implementasi
Tindakan, yaitu deskripsi tindakan yang akan digelar, skenario kerja
perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
(3) Observasi
dan Interpretasi, yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran
data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan
yang dirancang.
(4) Analisis dan Refleksi, yaitu uraian tentang
prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan
dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personil
yang akan dilibatkan, serta kreteria dan rencana bagi tindakan daur
berikutnya.
d. Data dan Cara Pengumpulannya
Pada bagian ini
ditunjkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan
baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang digelar, yang akan
digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurang
berhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data
dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya. Di
sampig itu teknik pengumpuan data yang diperlukan juga harus diuraikan
dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan jurnal
harian, observasi aktivitas dikelas, penggambaran interaksi dalam kelas,
pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur pengukuran, dan
sebagainya. Selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK, para guru
juga harus aktif sebagai pengumpul data, bukan semata-mata sebagai
sumber data. Akhirnya, semua teknologi pengumpulan data yang digunakan
harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang
khas itu. Sebab meskipun mungkin saja menyajikan mutu rekaman yang jauh
lebih baik , penggunaan teknologi perekaman data yang canggih dapat saja
terganjal keras pada tahap tayang uang dalam rangka analisis dan
interpretasi data.
e. Indikator Kinerja
Pada bagian ini tolok
ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit
sehingga memudahkan verifikasinya. Untuk tindakan perbaikan melalui PTK
yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep peserta didik misalnya perlu
ditetapkan kreteria keberhasilan.
f. Tim Peneliti dan Tugasnya
Dalam
bagian ini hendaknya dicantumkan nama-nama anggota peneliti dan uraian
tugasnya/peran setiap aggota tim peneliti, serta jam kerja yang
dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian.
8. JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian disusun dalam metriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
9. RENCANA ANGGARAN
Daftar Rujukkan
Arends, Richard. 19997. Classroom Instruction and Management. Toronto. McGrew-Hill.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Ditjen Dikti, Proyek Pengembangan Guru
Sekolah Menengah. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action research).
IBRD OAN No 3979 – IND
Hopkins, David. 1992. A Teacher’s Guide to Classroom Research. 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar